Kekaguman ikal pada ayahnya membuncah. Ayahnya dulu pernah menjadi pahlawan Indonesia! Bukan, bukan pahlawan dalam arti mengangkat senjata untuk mengusir penjajah. Tapi pahlawan yang mempermalukan Belanda karena kalah dalam pertandingan sepakbola melawan orang Melayu. Ya, ayahnya dulu adalah pemain sayap kiri yang hebat sekali. Sayang, karena mengalahkan Belanda, tempurung lutut kiri ayahnya harus rusak saat umur 17 tahun. Kenangan akan sepakbola pun hanya menjadi cita-cita ayahnya. Ikal bertekad menggantikan ayahnya, berlatih keraslah ia agar bisa menjadi pemain PSSI. Namun, karirnya mentok di tingkat kabupaten. Yang penting, pada akhirnya ia bisa mengirimkan kaos Real Madrid dengan tanda tangan Luis Figo bagi ayahnya.
Itu inti cerita di novel Andrea Hirata ini. Keknya novel ini keluar waktu jaman Indonesia maen di piala AFF kemaren ya, jadi kecintaan masyarakat dengan PSSI lagi besar-besarnya hehe. Novel yang tipis dan enak dibaca, tahu-tahu udah selesai. Saya selalu suka gaya diksi Andrea yang setelah dicermati lagi emang keren. Susah bikin diksi-diksi yang terkesan santai tapi bermakna itu~ Apalagi gaya penceritaannya yang hiperbola hehe. Memang belum se-menggugah sang pemimpi, tapi ini bacaan pendek yang cukup mengasyikkan juga :)
0 comment:
Posting Komentar
speak up! ;)