catatan akhir mei

on Selasa, 31 Mei 2011
Sejujurnya saya selalu gag enak hati meninggalkan mei dan menyambut si juni. Karena itu berarti, saya semakin dekat dengan pertambahan umur *ya walaupun emang tiap hari selalu bertambah kan?*. Tapi tapi satu hari itu yang makin membuat saya sadar, saya tak lagi muda *huahaha beneran deh berasa nenek-nenek,jijay abis yoooon*. Yeah, tinggalkan masalah mei dan juni itu.

Saya baru tau loh, ternyata dalam dunia ilmu pengetahuan pun ada politik-politikan. Mungkin bukan politik beneran, eh tapi inti dari politik tu sebenernya apa sih? Kekuasaan? Maklum saya bukan orang yang doyan dengan hal-hal kayak gitu. Saya bukan orang yang haus kekuasaan *gag nyambung*. Oke back to the topic! Intinya kemarin baru tau kalo ternyata politik tu gag cuma di saat ngurus negara atau organisasi atau hal-hal macam itu. Di dunia keilmuan yang sangat scientific pun hal itu terjadi. Hebat banget ya si politik ini?

Ceritanya, kemarin waktu presentasi SO *sintesis organic*, ada Prof. Umar Anggara Jenie. Bapak ini terkenal banget deh, tapi saya baru tau beliau kemarin. Telat banget. Beliau sedikit menjelaskan kepada kami tentang konsep Green Chemstry. Dah pada sering denger kan? Kayaknya emang lagi ngetrend deh. Jadi konsep Green Chemistry itu beda dengan kimia lingkungan. Kalo kimia lingkungan itu menitikberatkan pada upaya 'kuratif' lingkungan yang udah rusak gara-gara zat kimia, sedangkan Green Chemistry berperan pada upaya 'preventif' supaya hasil-hasil reaksi kimia tidak mencemari lingkungan. Pada abad 20, katanya sih emang abadnya para chemist, sehingga berbagai penelitian dan penemuan yang berkaitan dengan sintesis-sintesis booming banget dan wow banget lah pokoknya. Tapi, gag sedikit kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh penelitian-penelitian itu, kebanyakan disebabkan karena hasil samping (bye product) sintesis yang banyak banget, mungkin lebih banyak daripada molekul target yang kita inginkan. Jadilah sintesis gag efisien, membuang uang, membuang limbah, merusak lingkungan.

Nah katanya abad 21 ini, bergeserlah paradigmanya dari era chemist ke era molecular biology. Para kimiawan  dipersalahkan atas kerusakan-kerusakan lingkungan yang terjadi *walaupun gag salah mereka semua juga kan*. Akhirnya mereka pun menemukan konsep green chemistry, yang 'mencegah' supaya sintesis kimia tidak menghasilkan bye product yang terlalu banyak. Caranya? Kalo yang jadul, perhitungan reaksi kimia berdasarkan jumlah mol, jadi 1 mol starting material bisa diubah menjadi x mol produk dan (1-x) mol bye product. Nah disinilah masalah efisiensinya. Di green chemistry, perhitungan menggunakan mol diubah menggunakan atom efisiensi. Jadi, seluruh starting material diusahakan agar dapat berubah menjadi produk semua, tanpa bye product. Saya belum ngerti sih gimana cara ngitungnya. Tapi intinya begitulah. Reaksinya jadi lebih efisien dan tidak terlalu merusak lingkungan. Oia, beberapa cara untuk menerapkan itu adalah dengan menggunakan 1 pot reaksi atau memangkas reaksi-reaksi menjadi lebih simpel dan efektif *analisis diskoneksinya kudu jago nih, haha:D*

Oia, saya tadi mau ngomongin apa?

Politik dalam ilmu pengetahuan. Abad 20 abadnya chemist, abad 21 abadnya molecular biology, abad 22 nanti abadnya sapa? Ya rasanya lucu aja gag sih? Seolah satu ilmu menjadi penguasa *trend*. Tapi emang itulah yang terjadi saat ini. Saya pernah baca artikel tentang profesi dengan gaji-gaji tertinggi di Amerika, dan 4 dari 10 profesi tersebut melibatkan molecular biology sebagai ilmu utamanya, waw banget kan! Emang yang ngetrend selalu dicari ya, haha. Tapi saya rada gag sreg aja sih kalo kemudian dibilang ilmu ini lebih keren daripada ini, ilmu itu lebih keren daripada itu. Toh semua juga sama aja, demi kemaslahatan umat manusia *halah*. Kadang persaingan di antara ilmuwan tu gag masuk di akal deh, walaupun karena persaingan-persaingan itu mereka jadi lebih terpacu untuk lebih berkarya sih :p

Fenomena yang saya liat di farmasi juga gag jauh beda. Kayaknya kok ilmu kadang dipolitisasi sama orang-orang atas *hasil bergosip dengan sahabat saya*. Dan kami, mahasiswa-mahasiswa, kadang tertawa melihat hal tersebut. Ya selama kami dapat ilmunya, gag masalah :)

saya masih gag ngerti, segitu pentingnya ya politik, astaga -______-"



2 comment:

feraamelia mengatakan...

hehehehe :)

btw, politik yang sebenarnya itu politik gagasan, jadi kalau ilmu pengetahuan dipolitikkan itu justru politik yang benar ??
Misal : Negara punya masalah X. trus farmasis, dokter, psikolog dan lain lain saling mmenawarkan gagasan untuk memecahkan masalah X itu. disinilah peran politik yang sesungguhnya?
tetapi politik yang terjadi pada zaman sekarang justru malah politik kekuasaan.

Yonika Arum Larasati mengatakan...

'walaupun karena persaingan-persaingan itu mereka jadi lebih terpacu untuk lebih berkarya'

yoyoooy jeeeeng :*
yah kamu taulah kadang realitanya seperti apa -..-
haha
mari belajar!\(^.^)/ ^^9

Posting Komentar

speak up! ;)