The Geography of Bliss

on Jumat, 20 Januari 2012

 
perjalanan itu bersifat pribadi. Kalaupun aku berjalan bersamamu, perjalananmu bukanlah perjalananku
Paul Theroux

Itu adalah quote di halaman awal buku The Geography of Bliss. Saya asal comot aja ni buku, menarik karena di ringkasan di halaman belakang, menceritakan tentang perjalanan penulis ke berbagai negara. So wow :D

Cukup tebal, 512 halaman. Jadilah lemot bacanya apalagi saat UAS gini, haha :D. Penulisnya, Eric Weiner, adalah seorang jurnalis, mantan reporter di New York Times, khususnya untuk bagian luar negeri. Alhasil, dia pun berkesempatan untuk mengunjungi berbagai negara, dan tertarik dengan satu penelitian, yaitu tentang kebahagiaan (bliss).

Ada 10 negara yang dikunjunginya, yang pertama adaah Belanda, dimana di negara ini dia menyebutkan bahwa kebahagiaan adalah angka. Kenapa begitu? ternyata di Belanda bahkan ada sebuh pusat riset yang khusus menyimpan database mengenai penelitian kebahagiaan. Mana negara yang paling bahagia, mana yang paling tidak bahagia. Dibikin ranking gitu, ckck. Indonesia nomer berapa ya? entah gag dibahas disini .__. Belanda termasuk negara dengan tingkat kebahagiaan cukup tinggi ternyata. Dan menurut pengamatan dia, itu dikarenakan toleransi yang sangat besar di Belanda. Bahkan mariyuana dan prostitusi pun ditoleransi disana, hmm. Dari peringkat-peringkat tersebut, Eric pun berpetualang ke negara-negara lain.

Swiss, yang imejnya adalah negara damai, dengan latar pegunungan alpen, cokelat, dan bank, memang masuk ke negara-negara dengan tingkat kebahagiaan tinggi. Padahal bagi Eric sendiri setelah hidup beberapa saat disana, Swiss adalah negara membosankan yang memiliki banyak peraturan, bahkan menyiram toilet di atas jam 10 malam pun dianggap hal yang tabu, ckck. Satu yang paling menonjol di Swiss, karena sejahteranya masyarakat disana, mereka berlomba-lomba untuk menyembunyikan kekayaan. Iri adalah sifat yang sangat ditekan disana. Jika ada orang yang beli mobil baru mentereng dengan harga wow, justru dicurigai dia sedang memiliki masalah keuangan, wah waaah :)

Di Bhutan, kebahagiaan adalah kebijakan. Di Qatar, kebahagiaan adalah menang lotre. Saya sangat suka bagian Qatar ini. Tau kan Qatar adalah negara raja minyak yang kaya raya, dengan berbagai pencakar langit berwarna silver di tengah gurun asia tengah? Bangsa mereka adalah sebuah keluarga yang berkembang menjadi suku, sehingga siapapun disana adalah saudara. Sayangnya, karena lonjakan industri minyak yang luar biasa, budaya mereka sebagai bangsa gurun pun punah, bahkan mereka berniat 'membeli' budaya dengan uang minyak mereka. Rakyat Qatar memiliki gabungan selayaknya orang kaya baru, kearoganan dan kegelisahan. Ongkang angking pun, uang mengalir dari minyak mereka. Kebahagiaan ini kah yang dicari? ternyata toh tingkat kebahagiaan disana ekivalen dengan tingkat kegelisahan mereka :)

Negara paling bahagia? Islandia. Saya penasaran deh dengan negara ini. Kalo baca di buku ini, bener-bener orang disana punya mindset positif. Bagi mereka, kebahagiaan adalah kegagalan. Tidak hanya pameo belaka, tapi memang sudah menjadi sifat mereka sejak kecil. Tidak ada yang menyalahkan jika kamu ingin menjadi penyanyi rock, kemudian mengeluarkan album ecek-ecek, gagal di pasaran. Toh kamu mencoba. Dan iklim yang seperti itu justru membuat mereka semakin produktif, walau ada hasil yang mungkin ecek-ecek, tapi jauh lebih banyak yang berhasil. Luar biasa kan? :) Jika semua berpola pikir seperti itu, tentu hal yang positif jauh lebih banyak dari yang negatif. Jika pun ada yang gagal, yang lain akan mengatakan 'kebahagiaan adalah kegagalan'. Hmm :). Must go there someday! haha :D

Ada juga, Moldova yang merupakan negara paling tidak bahagia di dunia. Thailand, dimana jika ada yang salah atau gagal, orang akan mengatakan mai pen lai yang berarti 'tidak apa-apa'. Tak jauh berbeda dengan Islandia, hal tersebut menyumbangkan tingkat kebahagiaan yang cukup di Thailand. Ada juga cerita tentang India, Inggris, dan Amerika.

Walau bagian tengah, terutama tentang Bhutan, cukup membosankan untuk saya, tapi buku ini recommended lah :D. Banyak hal-hal baru yang gag kepikiran ama saya sebelumnya, haha. Fakta-fakta tentang negara lain, kebahagiaan itu tergantung dari masyarakat dan tempat, lingkungan sangat berpengaruh, dan saya baru tahu bahwa memiliki budaya merupakan salah satu sumber kebahagiaan yang luar biasa. Bahkan Qatar saja sampai mau 'membeli' budaya. Harusnya, rakyat Indonesia sangat bahagia kan? mengingat budaya kita yang tidak terhitung jumlahnya, aamiin :). Oia, bahkan di akhir buku ini ada pertanyaan-pertanyaan untuk didiskusikan, haha :D

Kebahagiaan kita sepenuhnya dan benar-benar saling terkait dengan orang lain: keluarga dan teman serta tetangga dan wanita yang nyaris tidak anda perhatikan yang membersihkan kantor anda. Kebahagiaan bukanlah kata benda atau kata kerja. Dia adalah kata sambung. Jaringan penghubung.
Eric Weiner 

1 comment:

Anonim mengatakan...

Suka banget juga sama buku ini :)

Posting Komentar

speak up! ;)