Quality Education = Commodity?

on Sabtu, 04 Februari 2012
Saya paling tidak respek dengan pameran pendidikan. Kalau pameran beasiswa,bolehlah. Tetapi, kalau namanya pameran di mana sekolah-sekolah swasta berlomba mendapatkan siswa, that’s absolutely absurd. Aneh. Pendidikan sudah seperti sayur dan daging di pasar. Sekolah sudah seperti pedagang yang mengiklankan produk yang dijualnya. Apa yang mereka jual? They say, quality education."
- Bayu Adi Persada, Pengajar Muda di Halmahera Selatan

Sound familiar, right? Quality education. Bagaimana seharusnya memaknai 'quality' itu? Ada yang mau sharing? :)

Saya mau curhat nih ceritanya, haha. Tentang 'barang dagangan' bernama pendidikan itu. Jadi, beberapa waktu yang lalu saya mengunjungi sebuah pameran pendidikan yang diadakan di Hotel Santika. Kebanyakan yang mengisi stand adalah universitas dari Aussie. Berhubung lagi UAS, jadilah anak-anak pada susah diajak buat ikutan *piss ^^v*. Saya ngacir sendirian ke sana demi ikutan tes ielts gratis. Haha, biasalah, yang gratis-gratis saya suka ;)

Sampe sana, situasi sedang-sedang saja. Terlihat antrian di semua stand, menanti giliran untuk 'konsultasi'. Sambil nungguin tes ielts, saya masuklah ke ruang pameran. Muter 1x, kok penuh semua? Males ngantri sebenernya. Tapi yasudahlah, masak ke sini gag dapet info apa-apa? Akhirnya saya menunggu di satu stand, sayangnya lupa nama universitasnya apa :(. Alasan milih stand itu karena di banner dicantumkan jurusan biotechnology, yang cukup berhubungan dengan dunia farmasi. Yasudahlah, mengantri di stand itu..

Tiba giliran saya, sengaja milih yang bule aja biar latian bahasa inggris, haha sok-sokan :p. Duduk, eh si bule masih ribet ngomong apa gitu sama LO-nya yang orang Indonesia. Di belakang saya, ada sekeluarga yang dari percakapan mereka, anaknya kelas 3 sma dan lagi cari sekolah. Akhirnya si bule pun bertanya pada saya, undergraduate atau postgraduate. Saya mencari yang untuk postgraduate. Pengennya sih bisa ngobrol sama si bule, prospeknya gimana gitu, yang penting : ada beasiswa gag. Tapi si bule ngeliat di belakang saya, satu keluarga itu heboh liat-liat jurusan. Akhirnya dia bilang : "you can find information in this book. I'll talk to them for a 'lil time." Maksudnya dia mau ngomong bentar ke keluarga di belakang saya.

Yaya, akhirnya saya buka itu buku. And I I only find a few of  biotechnology section -____-". Intinya bahas harga-harga. Rawr. Sementara si bule justru berbusa-busa ngomong ke keluarga di belakang saya : " anak kamu nilai minimal 8 kalo mau masuk sini, ielts minimal 6,5,sekarang nemnya berapa?" dengan bersemangat si bule nanya-nanyain keluarga itu. Saya dan mbak-mbak di sebelah saya yang daritadi duduk mantuk-mantuk wae, sabar menanti si bule 'melayani' kami. Cukup lama kami menanti percakapan antara keluarga *yang dari penilaian sepintas lalu adalah orang berada yang gag mikir ongkos nyekolahin anak keluar negeri* :)

Hingga akhirnya, si keluarga ngomong sama LO karena agak kesulitan ngobrol pake bahasa Inggris ama si bule. Fiuh, finally, my turn. Dan setelah menunggu begitu lama, ternyata kesempatan saya cuma 'sebentar'. Saya tanya, ada beasiswa gag di univ itu, kalo biotechnology kayak mana programnya.

"Nope, there aren't scholarship from us. No at all. Do you have any pen? I'll write the website of Aussie Education Ministry."

Dan itulah yang saya dapat. Informasi tentang web kementrian pendidikan Aussie :)

Oke, itu informasi berharga loh ;). Saya dah hampir lupa dengan peristiwa ini, haha :D. Tapi membaca kutipan di awal postingan saya tadi, jadi mikir. Is quality education a commodity? Kayak jualan di pasar. Kamu punya duit, kamu dilayani. Kamu gag punya, hubungi pemerintah buat minta tolong.

Hehe, gag seapatis itu sih. Saya tahu banyak sekali orang-orang di sekeliling saya yang hebat-hebat. Yang membuktikan bahwa quality education adalah komoditas yang tidak hanya diraih dengan uang :)

9 comment:

kakoponi mengatakan...

suka tulisan ini :D

Yonika Arum Larasati mengatakan...

aw maaci kaka :3
curhatan kemangkelan hati haha
let us proof that quality education is not about money ^^9

tehrempah mengatakan...

klo pendidikan cuma buat komoditas, esensi pendidikan sebagai pembentuk kepribadian bakal luntur. Just my two cents :))

Eh kamu dateng ke pameran pendidikan Aussie? Quite dissapointing education expo.

Yonika Arum Larasati mengatakan...

pendidikan = pembentuk kepribadian
great thought :)

iya, intinya ya emang mau masarin pendidikan keknya tu pameran *menurut pengamatan saya*

tehrempah mengatakan...

Sekarang sih yang aku lihat, misi2 institusi pendidikan (terutama universitas) hanya sekedar mencetak "robot-robot siap kerja". yang berorientasi materi (meskipun aku ga muna juga bahwa materi itu penting). Tanpa ruh dan jiwa . *tsahhhh

how bout ur opinion?

Yonika Arum Larasati mengatakan...

haha, ya karena tuntutan zaman juga kali ya, idealisme yang kayak gitu lama kelamaan 'luntur' juga :)

saya pengen sekolah menjadi fasilitas untuk mewujudkan mimpi, apapun itu
mimpi punya kerja mapan, mimpi punya prestasi bejibun, mimpi melihat dunia, mimpi bermanfaat untuk orang lain, dan universitas jadi sarana untuk itu semua, karena yakin pasti semua anak berpendidikan punya mimpi :)

will it be? mungkin mimpi saya agak diganti nih, jadi dekan, haha ^^v

tehrempah mengatakan...

Dekan?
Ntar malah tamu2 fakultas bingung, "Ni dekan apa maba?" *upssss

Bayu Adi Persada mengatakan...

Nice post!

Sebenarnya kata-kata di atas itu paparan kekecewaan saya dulu melihat realitas pendidikan di level-level terbawah Indonesia.
Sepertinya kesetaraan pendidikan masih di awang-awang setidaknya untuk beberapa tahun ke depan.

Mudah-mudahan tidak selamanya. :)

Yonika Arum Larasati mengatakan...

wah dikomentari langsung oleh yang punya quote :)
iya mas, aamiin aamiin :)
saya percaya akan lebih banyak lagi anak Indonesia yang membuktikan pendidikan bukan uang semata, aamiin :)

Posting Komentar

speak up! ;)