My Sister's Keeper : belajar untuk mengikhlaskan sesuatu.

on Kamis, 27 Januari 2011
I was engineered. Born for particular reason. A scientist hooked up my mother's egg and my father's sperm to make a specific combination of genes.  He did it to save my sister's life.

Bagaimana perasaanmu ketika kamu tahu, kamu dilahirkan bukan karena semata keinginan orangtuamu? Tapi untuk mendonorkan bagian-bagian tubuhmu untuk orang lain, kakakmu..

Anna (Abigail Breslin) adalah anak yang dilahirkan dari proses bayi tabung. Orangtuanya memutuskan untuk 'membuat' anak lagi untuk menjadi donor bagi anak pertama mereka, Kate (Sofia Vassilieva), yang mengidap leukimia sejak bayi. Nah, menurut dokter, satu-satunya jalan untuk menyelamatkan hidup Kate adalah dengan 'membuat' donor yang memiliki kemiripan gen yang tinggi dengannya, dan hal itu dapat diwujudkan melalui proses bayi tabung.

Sejak kecil, Anna sudah harus merelakan sumsum tulang di pinggulnya diambil dan didonorkan bagi Kate. 11 kali masuk rumah sakit, 6 kali pemasangan kateter, 2 kali pendonoran sumsum tulang, dan 2 kali pengambilan stem cell, semua hal itu sudah dirasakan Anna hingga umurnya 12 tahun *gag mbayangin -_____-"*

Hingga pada suatu saat, Anna berani melawan keinginan ibunya, yaitu ketika dia harus mendonorkan ginjal bagi Kate. Ia bahkan meminta bantuan pengacara untuk membawa ibunya ke pengadilan, dan meminta hak asasi atas kebebasan dirinya *yeah, selama ini dia harus selalu memberikan 'sebagian' dirinya untuk kakaknya kan?*

Nah, konflik antara ibu dan anak ini akan mewarnai sepanjang film ini, di samping keadaan Kate yang semakin tidak kuat melawan leukimianya. Film ini benar-benar menguras air mata bagi saya *oke, liat film yang gag terlalu mengharukan aja saya juga nangis sih :p* Tapi beneran, di film ini saya malah tidak menyalahkan leukimia yang begitu jahatnya, membuat keluarga yang harusnya damai menjadi terlibat konflik berkepanjangan. Saya malah melihat leukimia itu sebagai 'sesuatu' yang positif, yang bisa membuat banyak orang menemukan 'hidup' mereka.

Anna, dia gag bakal ada di dunia ini kan kalo Kate gag mengidap leukimia? Walaupun dalam hidupnya pun Anna harus merelakan 'tubuhnya', tapi hal itu kan yang membuat dia lahir di dunia ini?

Di film ini juga dipaparkan dengan jelas sekali, gimana pergulatan batin seorang ibu, di satu sisi ingin terus menyelamatkan anaknya yang leukimia, walaupun dia tahu semakin hari semakin tidak ada gunanya segala pendonoran itu. Dan di sisi lain harus 'mengorbankan' anaknya yang lain, yang memang sejak lahir 'didesain' untuk menyelamatkan kakaknya. Saking sudah 'terbiasanya' dia dengan keadaan Kate yang bolak-balik kritis, bolak-balik muntah darah, bolak-balik masuk rumah sakit, sampai sudah tidak ada air mata yang keluar lagi. Satu scene yang paling saya suka, ketika Kate tidak mau keluar rumah karena malu kepalanya sudah botak *akibat kemo*, ibunya mencukur rambutnya sampai plontos dan berkata : ayo jalan-jalan! :')

Ayah mereka adalah seseorang yang kalem dan jarang bicara. Namun di balik diamnya, dia sangat memerhatikan semua anaknya, bahkan ikut mendukung keinginan Anna untuk meminta hak atas tubuhnya sendiri. Scene lain yang cukup 'ngena' di saya, ketika ayahnya membawa Kate dan adik-adiknya ke pantai, tanpa memedulikan bahwa Kate sudah sangat lemah, dan mereka bermain di pantai seolah Kate masih sehat dan tidak terjadi apa-apa. Karena sang ayah tahu bahwa mungkin itu terakhir kali Kate bisa melihat pantai :)

Remember that summer when I went away to camp? And I was so scared that I'd miss you, guys. Before I got on the bus, you told me to take a seat on the left side, right next to the window, so I'd be able to look back and see you there. I get the same seat now.
-my sister's keeper-


dan benar-benar tak terduga, alasan Anna berani meminta hak atas tubuhnya sendiri :)

0 comment:

Posting Komentar

speak up! ;)