Energy Drink, perlukah?

on Senin, 07 Februari 2011
Pagi ini saya membaca sebuah artikel menarik di nytimes.com, judulnya Scientists See Dangers in Energy Drinks. Tumben banget nih saya bacaannya new york times, hahaha. Tadi sempet baca blog temen dan dia bilang bahwa ini website yang wajib dikunjunginya tiap hari. So, I tried it!

Dengan bahasa Inggris yang pas-pasan, apalagi ini bahasa biasa digunakan di New York Times kata teman saya adalah American English yang slang dan gag kayak bahasa Inggris biasanya *emang yang biasanya kayak gimana? saya juga gag tau :p*, saya mulai membaca artikel itu. Intinya para scientist khawatir mengenai tingginya kadar kafein dalam minuman-minuman berenergi yang beredar bebas di pasaran, apalagi minuman-minuman berenergi memang punya popularitas yang tinggi di masyarakat, mulai dari orang tua sampai anak-anak, semua menyukainya *rasanya enak sih :p*

Penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya menyebutkan bahwa minuman dengan kadar kafein yang tinggi dapat memicu penurunan kebugaran seseorang, misalnya berefek pada tekanan darah, detak jantung, dan fungsi otak. Konsumsi minuman berenergi dalam jangka pendek memang belum menunjukkan hal-hal yang negatif terhadap tubuh, tapi para ahli mempertanyakan efeknya ketika seseorang mengonsumsi berbagai minuman itu dalam jangka waktu yang lama. Mereka memperkirakan akan muncul resiko tinggi terhadap penyakit liver dan kardiovaskuler, resistensi insulin, dan diabetes pada penggunaan dalam waktu yang lama.

Minuman-minuman berenergi memang bisa beredar luas di pasaran karena FAO *BPOMnya Amerika* belum memiliki peraturan yang ketat mengenai produk-produk ini, dimana belum ada batasan-batasan yang jelas mengenai zat-zat yang terkandung dan jumlah maksimalnya dalam produk-produk tersebut. Hal ini menyebabkan produsen bisa dengan bebas memberi label kepada produk, misalnya 'enhances athletic performances' atau 'inrease caloric burn and mental sharpness' *sering kan kita dengar iklan-ikan minuman berenergi dengan slogan yang kurang lebih sama?*. Strategi marketing memang menjadi bagian penting dari penjualan produk ini, dimana minuman berenergi selalu diidentikkan dengan minuman yang modern dan cool *liat aja iklan produk yang menampilkan anak muda lemes-lemesan kerjanya, seminggu kemudian langsung semangat gila-gilaan kayak abis dapet dopping, lebay -____-*

Minuman berenergi biasanya mengandung gula dengan kadar tinggi *makanya rasanya enak kan*, dan ternyata bagi para atlet yang melakukan latian dalam porsi berat, tingginya kadar gula ini justru akan menyebabkan dehidrasi *berlawanan ya ama iklan yang katanya 'mengganti ion tubuh' dan gag bikin dehidrasi itu? tapi saya juga belum tahu produk itu kadar gulanya berapa*. Zat lain yang biasanya ditemukan dalam minuman berenergi adalah taurine, glucuronolactone, vitamin B, ginseng, ginko biloba, dan guarana. Biasanya vitamin B dijadikan 'alibi' sehingga minuman tersebut akan terkesan lebih sehat, tapi kalau kita sudah cukup mengonsumsi vitamin setiap hari, malah akan berbahaya kan?

Hmmm, saya rasa memang peredaran minuman berenergi ini masih terlalu bebas. Semua bisa membelinya di warung-warung dekat rumah, dari anak kecil hingga orang tua, dari yang memang butuh minuman ini sampai yang 'kecanduan' dengan minuman ini. 

Saya jadi ingat dengan kakek saya *biasanya saya memanggil beliau : kai, itu bahasa banjar hehe*. Nah, almarhum kai saya adalah orang yang sangat suka beraktivitas, ke sana kemari, bolak balik jogja-banjarmasin untuk menengok cucunya, ke berbagai kota untuk ikut penataran, dan macem-macem lainnya. Dan kakek saya suka sekali mengonsumsi minuman-minuman berenergi, banyak macam-macamnya, mungkin untuk menunjang fisiknya karena kegiatan yang seabrek itu. Saking 'kecanduan'nya dengan minuman berenergi, selalu ada persediaan minuman berenergi di kulkas, bahkan ada lemari tersendiri untuk menyimpan produk-produk yang sachet-an. Heboh lah pokoknya :p

Dan tanpa kami sadari, kondisi kai tiba-tiba drop pada tahun 2003-an *kalo saya gag salah ingat*. Padahal sebelumnya jarang sekali masuk rumah sakit, dan saat itu saya baru pertama kali melihat kai yang lemas gag bisa ngapa-ngapain. Diagnosa dokter sangat mengagetkan : kai sakit liver, tapi saya gag tau itu kanker atau sirosis atau penyakit liver yang lain *saya masih kecil gag pernah tanya2 sih :(*. Dan kai hanya bertahan 6 bulan setelah diagnosis itu :')

Hmmm, saya jadi ngehubung-hubungin nih, mungkinkah rusaknya liver itu karena segala produk-produk minuman berenergi itu? Mungkin saja, karena penggunaannya jangka panjang kan, setiap hari pula. Yaa, mewanti-wanti diri saya sendiri sih, konsumsilah minuman seperti itu kalau perlu saja, jangan sampe 'kecanduan' :)

0 comment:

Posting Komentar

speak up! ;)